Wednesday 18 November 2015

Pergolakan Islam di Kawasan Nusantara


By: Khoirul Taqwim

Kawasan Nusantara merupakan daerah dengan kekayaan berbagai sumber daya alam yang berlimpah. Bahkan kekayaan Nusantara menjadi rebutan dari berbagai negara asing, baik dari bangsa eropa maupun bangsa lainnya, tentu dengan tujuan mengeksplotasi secara Besar-besaran harta yang terpendam di dataran Nusantara. Sehingga tak heran bangsa Nusantara Berabad-abad telah di dominasi ekspansi bangsa eropa.

Sebelum kemerdekaan bangsa di kawasan Nusantara, terdapat agama besar Islam sebagai bagian terbesar dari sebuah bangunan keyakinan. Sehingga tak heran Islam menjadi ladang rebutan berbagai idiologi masuk dalam ranah ke-Islaman, agar gagasan tentang idiologi ke-Islaman dapat di terima dalam jiwa masyarakat Nusantara.

Perjalanan Islam sebelum kemerdekaan ada istilah Islam tradisional dan Islam Modern. Kedua idiologi ke-Islaman ini akan menjadi sebuah cikal bakal kemajuan dan kemunduran Islam di Nusantara. Sebab dalam kelanjutan kedua corak pandang ini mengalami sebuah perbedaan dalam dunia ke-Islaman. Karena pemahaman Islam tradisional di zaman dahulu merupakan sebuah pengejawantahan antara budaya setempat dengan Nilai-nilai ke-Islaman.

Sedangkan Islam modern cenderung mengarah pada pemurnian Islam dalam menjalankan sebuah aktivitas ke-agamaan. Sehingga sering sekali Islam modern berbenturan dengan budaya setempat dalam menggagas ke-Islaman, padahal dalam ajaran Islam antara budaya dan Nilai-nilai ke-Islaman harus sejalan, tentu tanpa menanggalkan teks maupun konteks. Sebab agama Islam merupakan ajaran wahyu sebagai pedoman masyarakat Islam. Sedangkan budaya merupakan sebuah kehidupan real masyarakat. Karena kedua hal ini sudah semestinya dapat sejalan dalam membangun dunia ke-Islaman di nusantara.

Sejak kemerdekaan bangsa nusantara, terdapat pergolakan Idiologi ke-Islaman yang semakin memanas. Karena di sebabkan beragam aliran masuk dalam wilayah nusantara dan puncaknya pada pasca reformasi di Indonesia yang telah menghasilkan sebuah Idiologi Islam terpecah dalam tiga perseteruan antar Idiologi ke-Islaman. Lalu muncul sebuah pertanyaan, Idiologi Islam apa yang berkembang di Nusantara saat ini?...........

Pertama: Islam liberal merupakan ke-Islaman dengan wajah bangsa Barat dalam menggagas ke-Islaman dan cenderung mengandalkan konteks dalam menganalisa sebuah peristiwa yang menyangkut agama Islam di banding aspek tekstual. Sehingga wajah Islam liberal cenderung mengarah para gagasan ke-Islaman ala barat dalam menganalisa tentang ajaran Islam.

Kedua: Islam Khilafah merupakan sebuah idiologi ke-Islaman yang menggagas tentang berbagai aspek kehidupan dengan sudut pandang tekstual. Sehingga model Islam Khilafah cenderung di pengaruhi bangsa Timur Tengah dalam menerjemahkan tentang kehidupan ke-Islaman.

Ketiga: Islam tradisional merupakan sebuah pengejawantahan antara teks dan konteks, agar kedua hal ini dapat terjadi sinergi yang saling berkaitan secara utuh. Karena Islam tradisonal merupakan wajah ke-Islaman dengan mengambil Nilai-nilai yang terdapat dalam kawasan Nusantara, untuk di gali dalam khazanah ke-Islaman yang lebih membumi dalam kehidupan secara kaffah.

Dari gambaran di atas tentang Idiologi besar ke-Islaman di Nusantara dapat menjadi sebuah gambaran. Bahwa pergolakan Islam pra kemerdekaan bangsa Nusantara telah mengalami berbagai gejolak yang sangat keras dalam kehidupan masyarakat, begitu pula pasca kemerdekaan bangsa Nusantara, ternyata Idiologi ke-Islaman terpecah dalam wilayah ke-agamaan yang lebih rumit lagi.

Pra kemerdekaan bangsa Nusantara ada dua idiologi yang saling berseberangan di kawasan Asia Tenggara, kedua Idiologi ini di kenal dengan Istilah Islam Modern dan Islam Tradisional, tetapi pasca kemerdekaan berlangsung secara terus menerus dalam perkembangan dunia ke-Islaman, ternyata telah memunculkan tiga pergolakan Idiologi ke-Islaman dengan istilah Islam tradisional, Islam Liberal dan Islam Khilafah. Ketiga kelompok ini tidak jarang bersitegang dalam mengambil simpatik masyarakat di kawasan Nusantara.

Pergolakan ke-Islaman di Nusantara pada era sekarang memang dimotori tiga wajah bangsa besar yaitu: Islam liberal cenderung mengadopsi dari bangsa barat. Islam Khilafah cenderung mengadopsi dalam ranah ke-Islaman bangsa timur tengah. Dan terakhir Islam tradisional menggali dari bangsa pribumi dalam membangun sebuah bangunan ke-Islaman di kawasan Nusantara. Semoga Allah memberi petunjuk kepada kami di jalan kebenaran, Amiin...........

Islam Tradisional Sebagai Obat Ekstrimisme


By: Khoirul Taqwim

Pergolakan ekstrimisme kiri dan ekstrimisme kanan semakin memanas, tidak hanya dalam pusaran ekonomi, tetapi sudah mewabah dalam pusaran sosial, budaya, agama dan masih banyak lagi. Sehingga ekstrimisme dalam kehidupan masyarakat sudah mewabah bah virus yang siap mematikan di setiap saat. Berangkat dari sinilah di perlukan sebuah obat penyakit ekstrimisme dengan cara mencari jalan tengah yang tepat dalam memberikan sebuah gambaran tentang masalah ekstrimisme buta.

Ekstrimisme tumbuh berkembang dalam ranah pola pikir maupun dalam bentuk sebuah tindakan. Sehingga ekstrimisme terkadang tidak disadari bagi orang yang terkena penyakit ini. Sebab ekstrimisme begitu halus masuk dalam ranah jiwa maupun raga seseorang. Inilah ekstrimisme bah virus menyerang setiap insan manusia dalam memberikan sebuah gambaran secara sepihak, tetapi tidak melihat dari berbagai sisi secara utuh.

Keberadaan ekstrimisme sudah menjadi momok dalam kehidupan masyarakat. Sebab setiap saat penyakit ini dapat tumbuh berkembang secara sadar maupun tidak sadar. Karena itu dibutuhkan sebuah obat mujarab, agar penyakit ekstrimisme dapat di hilangkan dalam kehidupan masyarakat secara luas.

Obat ekstrimisme tidak lain dan tidak bukan, yaitu: dengan menggali berbagai khazanah Nusantara, agar mendapatkan sebuah pencerahan tidak dengan cara semu belaka, seperti obat dari bangsa barat dengan gagasan liberalisme maupun dalam bentuk gagasan yang lain.

Liberalisme merupakan salah satu penyakit ekstrimisme kebebasan dalam menerjemahkan sebuah realita kehidupan. Sehingga menghasilkan sebuah kajian yang cenderung pada pola pikir yang tidak sesuai dengan kondisi masyarakat setempat. Sebab ketika liberalisme ala barat di paksakan masuk dalam budaya dan adat istiadat masyarakat pribumi, tentu akan menyebabkan sebuah penyakit yang sangat kronis. Karena kebebasan yang di bangun masyarakat barat dengan masyarakat Nusantara sangat berbeda dalam ranah kehidupan yang serba multi real.

Penyakit ekstrimisme dalam paham liberal merupakan contoh kecil dari destruktif gagasan barat. Sebab selain liberalisme masih terdapat paham lain, seperti: Positivisme, Darwinisme, Marxisme, Nihilisme, Kapitalisme dan berbagai Isme-isme yang lain.

Liberalisme menjadi sebuah gerakan ekstrim di karenakan kebebasan yang di bangun cenderung memberikan sebuah makna hanya sebatas kebebasan ala mereka, padahal kebebasan dalam kehidupan masyarakat nusantara lebih arif dan bijaksana. Sebab kebebasan yang di bangun masyarakat Nusantara lebih mengarah kepada kebebasan dengan berpegang pada tenggang rasa sebagai falsafah kehidupan.

Sedangkan kebebasan yang dibangun liberalisme cenderung mengarah pada pembiaran budaya asing masuk dengan bebas, walaupun tidak sesuai dengan karakter dan watak masyarakat Nusantara. Berangkat dari sinilah bangunan liberalisme dalam membangun sebuah kebebasan hanya sebatas pemahaman individu dan kelompoknya belaka, tetapi tidak menyentuh bangunan kebebasan dalam ranah kehidupan masyarakat Nusantara secara utuh.

Keberadaan liberalisme merupakan sebuah penyakit ekstrimisme dengan wajah kebebasan ala barat dalam menggagas beragam kehidupan, padahal gagasan liberalisme ala barat sangat tidak sesuai dengan bangunan kehidupan masyarakat Nusantara. Sehingga liberalisme yang masuk dalam ranah masyarakat cenderung pada pola pikir ekstrimisme dengan memaksakan kehendak sebuah gagasan dengan berkedok kebebasan ala mereka.

Islam tradisional merupakan sebuah bentuk gagasan dalam membendung berbagai gerakan pola pikir maupun tindakan budaya asing yang masuk, tetapi yang di bendung Islam tradisional tidak lepas dari sebuah gagasan yang tidak sesuai dengan paradigma pemikiran dan tingkah laku masyarakat di bumi Nusantara. Sehingga keberadaan Islam tradisional merupakan obat dalam membendung berbagai virus ekstrimisme dalam bentuk pola pikir maupun dalam bentuk sebuah tindakan.

Gagasan Islam tradisional dalam menyikapi virus ekstrimisme kanan maupun kiri dengan cara mengambil sikap. Bahwa menggali khazanah Nusantara sebagai tolak ukur dalam memberikan sebuah penilaian tentang gagasan dari bangsa asing yang telah menyebabkan sebuah ekstrimisme dalam kehidupan masyarakat secara luas.

Mengobati ekstrimisme dalam kehidupan masyarakat Nusantara, tentu di perlukan sebuah kajian dengan mengedepankan tepa selira dalam membangun pandangan masyarakat, agar terjadi sebuah sinergi antara teks dan konteks dalam Nilai-nilai ke-Islaman. Sehingga menghasilkan sebuah bangunan yang kokoh dan utuh antara kehidupan masyarakat dengan kepribadian dan karakter masyarakat dalam menjalankan sebuah bangunan ke-agamaan.

Liberalisme dalam membangun sebuah bentuk kebebasan dalam kehidupan masyarakat Nusantara cenderung sepihak. Sehingga menghasilkan sebuah ekstrimisme dalam cara pandang dan tindak-tanduk dalam kehidupan masyarakat.

Sedangkan Islam tradisional dalam membangun sebuah kebebasan lebih mengangkat harkat martabat masyarakat Nusantara dengan jalan menggali dari falsafah tepa selira sebagai bentuk kebebasan, bukan kebebasan dari bangsa barat di bawa kebumi Nusantara. Berangkat dari sinilah kebebasan yang di bangun Islam tradisional cenderung mengarah pada paradigma yang sehat dalam kehidupan masyarakat secara kaffah, dan dapat menjadi sebuah obat di berbagai bentuk ekstrimisme kiri maupun kanan. Semoga Allah memberikan anugerah nikmat kepada kami di dunia maupun dalam kehidupan yang akan datang, Amiin......